Rabu, 23 April 2014

We Proud of IndieClothing & IndieMerchandise


Apa itu kebutuhan? Kebutuhan adalah sesuatu yang kita kerjakan dan kita pakai. Kebutuhan terdiri dari beberapa macam, mulai dari sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan itu sendiri memiliki fungsi masing-masing dalam hidup kita. Tapi jangan lupa, arus globalisasi sekarang menambahkan suatu kebutuhan yang baru, yaitu : sosial media. Ya, sosial media merupakan kebutuhan baru bagi manusia di zaman sekarang ini. Manusia sulit hidup jika mereka tidak memegang handphone, sudah sangat berbeda dengan orang-orang yang hidup terlebih dahulu. Tapi hal tersebut tidak akan gue bahas panjang di postingan kali ini, namun masih dibidang kebutuhan tetapi ini lebih bagaimana kebutuhan itu menjadi tombak kebutuhan lainnya. Maksudnya seperti ini, seseorang menjual suatu produk kebutuhan hidup dan produk tersebut selain bisa menjadi kebutuhan bagi sipenjual, dapat juga menjadi suatu mata pencaharian, contoh: perusahaan bangunan, perusahaan sembako, ataupun penjual pakaian. Nah yang mau gue bahas itu Penjual Pakaian.
Fenomena yang sangat baik menurut gue di Indonesia ini, fenomena tentang bermunculannya perusahaan-perusahaan Independent Clothing (perusahaan sandang dalam negeri) diberbagai belahan nusantara, contoh: Bandung, Jakarta, Bogor, Sumatera, dan masih banya lagi. Mereka berlomba-lomba untuk menjadikan perusahaannya tersebut dapat respon tinggi dari para konsumen dan mendapatkan eksistensi yang baik. Hal tersebut bisa berpengaruh baik bagi anak-anak dalam negeri, yaitu membuka lapangan pekerjaan khususnya bagi anak-anak muda, membuka suatu persaingan dagang yang bisa merasuk kedalam kancah nasional maupun internasional, berpengaruh baik bagi anak negeri untuk mencintai produk asli dalam negeri, menambah pengalaman dibidang industri bagi anak-anak muda. Sungguh berpengaruh baik bukan :)
Gue sendiri pun selalu mensupport berbagaimacam brand yang asli buatan anak negeri. Hal tersebut bisa membuat kebanggaan bagi gue sendiri karena gue merasa bahwa anak-anak muda di negeri ini amat kreatif, tentunya dibidang perdagangan. Dengan cara apapun mereka menjual brand yang mereka buat, seperti diantaranya dengan cara: mempromosikan brand nya dengan model-model lokal/artis, mempromosikan ke dunia musik, mempromosikan didalam dunia maya (Online Shop), atau bahkan membuat suatu Festival Independent Clothing seperti: JakCloth, BandCloth, IndieClothingExpo dan masih banyak lagi kereasi anak-anak muda untuk bisa bersaing dalam perdagangan.

Beberapa Independent Clothing Expo digelar di berbagai kota

Tidak kalah juga, para musisi sekarang mulai mempromosikan band-band nya dengan membuat Merchandise khas dari band-band nya, dari mulai T-Shirt, Jacket, Hoodie, ToteBag, Patch, SnapBack, Trucker, sampai Gantungan Kunci sekalipun mereka pasarkan kedunia industri. Dengan memakai design-design yang unik dan kreatif, mereka memasarkan dengan banyak sekali tema. Disamping itupun karena marak nya pembajakan karya mereka, alhasil Merchandise lah jawabannya.
Dari kedua tersebut, antara Merchandise dan Independent Clothing mereka seperti memiliki link yang sangat baik dalam pemasaran, contohnya Merchandise suatu band di produksi oleh sebuah brand, hal itu sangat keterkaitan bukan? Mereka sangat kreatif.
Kalian juga sudah tidak aneh dengan penjualan barang dengan sistem Internet/Online. Sering sekali kita jumpai dalam iklan komersil disekitar kita, mereka menjual produk nya dengan cara yang unik untuk menarik respon para konsumen. Hal tersebut bisa menjadi jurus jitu mereka dalam pemasaran produknya.
Namu sangat disayangkan bagi sebagian konsumen yang memandang sebelah mata hasil-hasil produk dalam negeri khususnya produk hasil tangan anak-anak muda dalam negeri. Mereka yang sebagian selalu membeli produk-produk asing selalu menonjolkan bahwa produk asing tidak ada dua nya, padahal disamping itu mereka sama saja menjatuhkan bagaimana kemajuan bidang industri dalam negeri, istilahnya Kapitalism. Memang produk asing memiliki kualitas yang cukup baik, namun jangan salah sangka dulu, produk hasil anak dalam negeri pun laku dipasaran dunia, bahkan mereka pun ada yang membuka cabang perusahaannya di berbagai belahan negara. Produk dalam negeri pun dapat bersaing di tingkat Internasional, bahkan designer fashion di Indonesia banyak mendapatkan respon dan eksisitensi yang tinggi di tingkat Internasional, contoh :Peggy Hartanto, Tex Saverio, Farah Angsana, dan masih banyak lagi tentunya mereka yang aktif dibidang fashion Internasional.
Disamping itu, gue adalah orang yang sangat melawan fashion yang menunjukan tingkat sosial manusia. Contohnya gini deh, ada seseorang yang membeli suatu produk mahal “Eh gue baru beli baju ini loh merk terkenal, kan gue gabiasa pake baju murah, so model nya bagus dan yang pake orang-orang kalangan atas aja”. F*ckin shit!. Hal tersebut membuat seseorang lupa diri, dan bersifat angkuh hanya karena sehelai bahan saja. Karena pada dasarnya, semua manusia itu sama, tanpa ada kasta dan tahta, hanya karena fashion manusia bisa dibeda-bedakan, itu gak humanis sama sekali bagi gue. So, lo bisa aja dapat pergaulan yang lo suka tanpa harus memakai pakaian yang mahal dan sok seperti orang kelas atas. I think the people who pride themselves through fashion is not very humane, and always discriminate between social beings.
Jadi, masihkah kalian ingin membanggakan diri dengan menggunakan produk asing padahal kita sendiri memiliki produk yang amat luar biasa. Dan masih kah kalian membeda-bedakan kasta dengan sehelai kain yang kalian pakai? Nikmatilah kebersamaan dan junjunglah tinggi kerjasama untuk pergerakan yang lebih baik, bahwa pada dasarnya kita semua sama, dan alangkah baiknya kita saling support satu sama lain.
SAYA BANGGA DENGAN PRODUK ASLI INDONESIA!!!
 

Minggu, 20 April 2014

Di Indonesia Sulit Berekspresi dalam Bermusik


Udah gak aneh buat kita tentang bagaimana orang-orang tua selalu melarang tentang apa pun pergerakan anak muda, mereka selalu melarang anak muda dengan alasan “mau apa kamu nanti kalau hidup ugal-ugalan dan menentang orang tua”. Padahal sudah diketahui bahwa anak muda sudah memiliki pandangan yang cermat dan visioner, baik dalam karir maupun kepribadian. Mungkin pandangan orang tua berbeda kepada anak-anak nya, bahwa modernisasi sangatlah berdampak buruk bagi masa depan, beberapa contoh sebut saja seprti diskriminasi anak dalam memilih jenjang pendidikan, banyak anak-anak muda yang dipaksa untuk menempuh pendidikan yang tidak disukai nya, seperti menentukan fakultas dalam mata perkuliahan, ataupun penentuan karir yang diatur sedemikian mungkin oleh tangan orang tua yang secara tidak langsung membuat si anak tersebut menjadi tertekan bahkan merasa dirinya belum sama sekali bebas.
Gue disini bukan membahas tentang pendidikan, ataupun tentang karir, tetapi gue disini mau membahas tentang kecurangan orang tua terhadap kaula muda.
Menurut pendapat orang tua, bisa dibilang anak muda itu masih kumpulan orang-orang yang tidak terlalu penting dalam kehidupan, tidak perlu diperhatikan karena hanya perlu di beri pendidikan saja dengan cukup, tetapi apalah jadi nya pendidikan disini pun sudah menjadi mainan para orang tua. Bebasnya anak-anak muda hanya terjadi saat mereka sudah berumah tangga, so pasti semua akan berubah. Lupakan hal tersebut, gue disini mau membahas tentang musik yang bisa menjadi tonggak Revolusi untuk kebebasan berekspresi.
MUSIK
Musik adalah sesuatu yang bersifat imajinasi dan sangat memiliki kandungan seni yang sangat tinggi. Musik juga sebagai sesuatu kebutuhan dalam hidup, tanpa musik, dunia terasa hampa, bahkan kehidupan hanya akan ada suara-suara dari manusia yang penuh dengan kesalahan. Musik membuat hidup itu bergema.
Ada beberapa perbedaan dari anak muda dan orang tua didalam aspek musik ini. Anak muda condong kepada musik yang memiliki kandungan idealisme tentang kehidupan anak-anak muda, sedangkan orang tua di Indonesia (khususnya) selalu condong terhadap musik dangdut, atau melayu/etnis. Hal tersebut sangat berbeda satu sama lain. Keras nya keinginan anak-anak muda dengan musik yang dibangga-bangga kan nya, tidak sama sekali didukung oleh orang tua.
Gue enggak sama sekali berniat menjatuhkan musik dangdut, tetapi musik tersebut makin hari semakin tidak terlalu efektif bagi sebuah revolusi musik. Dangdut makin hari semakin cenderung kearah pornoaksi, contoh saja musik-musik dangdut sekarang disekitar kalian, bahkan anak-anak kecil pun menjadi ikut-ikutan terpengaruh dengan musik dangdut yang tidak sama sekali memiliki nilai pendidikannya.contoh lain saja seperti Biduan (penyanyi dangdut), mereka selalu bertampil seronok dan sangat tidak baik untuk anak-anak dibawah umur, tengok saja saat adanya panggung-panggung musik dangdut, dan anak-anak kecil menonton nya dengan serius, sehingga tidak langsung mereka mengerti tentang apa itu dangdut dan apa itu arti dalam musik dangdut tersebut.
Lirik-lirik yang sangat mengandung unsur-unsur pornografi, contoh lagu: Hamil duluan, Buka Sitik Joss, atau Jablay, hal tersebut sangat tidak baik untuk dipublikasi kan bahkan menjadi hal yang komersil, ditambah dengan lirik-lirik nya yang selalu cendrung dengan dunia percintaan. Mungkin hanya Rhoma Irama saja yang menjadikan dangdut itu media komunikasi yang berbasis pendidikan. Gue sendiri pun salut dengan beliau, tetapi hanya saja semakin hari perubahan citra dangdut tersebut menjadi buruk.

                                                 Biduan Dangdut yang berpakaian seksi

Berbeda dengan musik-musik yang didengar oleh kalangan anak muda, memang terdengar keras tetapi dari idealisme yang sangat tajam akan pergerakan anak muda seperti: sosialisme, revolisuoner, kebudayaan, dan religi, semua mereka jadikan seni dalam bermusik. Memang musik-musik Metal/Rock terkesan seperti musik ajaran sesat, tetapi mereka tidak bersifat mengajak untuk ikut larut dalam lirik yang dibuat, tetapi mereka hanya membahasa tentang krusial nya kehidupan. Kebanyakan mereka mengemas musik tersebut dengan kepercayaan diri sendiri sehingga dalam industri musik Independent (Indie) lebih menjadi kan revolusi musik kearah yang lebih baik dan cerdas. Tengok saja, beberapa musisi Indie di Indonesia sudah bertaraf Internasional dan sangat Revolusioner, sehingga bisa menjadikan harum nama bangsa di kancah Internasional. Sebut saja diantaranya: White Shoes and the Couples Company, The S.I.G.I.T, Gugun Blues Shelter, Burgerkill, dan masih banyak lagi.
Bisa dilihat, hal tersebut sangatlah berbeda antara kualitas idealisme musik kalangan anak muda dan kalangan orang tua.

         Band anak negeri, Burgerkill, mendapatkan penghargaan internasional Golden Gods Award 2013 untuk   kategori Metal As Fck yang berlangsung di London, Inggris, pada 17 Juni 2013.

KETIDAKADILAN DALAM VENUE
Venue-venue untuk menyiarkan secara langsung musik-musik sangatlah penting, untuk bagaimana musik tersebut tersaji secara langsung.
Venue musik dangdut sangat lah komersil dan selalu diterima oleh masyarakat dimana pun berada, berbeda dengan musik-musik Independent yang dibuat oleh kalangan anak muda yang selalu mendapat respon negatif oleh masyarakat sehingga timbulnya ketidak adilan antara kedua idealisme tersebut. Musik dangdut selalu diterima dimana pun, walaupun terlihat tidak efektif dalam pembelajaran, musik ini bisa menyihir orang-orang, bahkan membuat anak-anak menjadi larut dalam pergerakan ini, sayang nya musik ini tidak sama sekali mendidik bagi masyarakat. Begitulah masyarakat yang selalu suka dengan hal yang komersil walaupun tidak efektif. Namun sudah disinggung sebelumnya, venue untuk musik-musik Independent anak-anak muda dipandang sebelah mata oleh masyarakat luas, sehingga disebut sebagai musik penggangu, ketidak adilan ini membuat anak-anak muda menjadi sulit untuk berekspresi dan menyalurkan pemikirannya, selalu saja orang tua yang menjadi utama dalam kehidupan.
Timbulnya ketidak adilan dalam bermusik, anak-anak muda membangun sendiri pemirikannya dengan cara underground (bawah tanah), yaitu musik yang hanya diperioritaskan untuk anak-anak muda saja yang mengerti tentang musik revolusioner, walaupun dipandang sebelah mata. Mereka membuat panggung-panggung didalam warung-warung makan, membuat panggung kecil dipasar, didalam garasi, gudang, bahkan ditempat yang sudah tidak layak pakai (Street Gigs), hanya untuk semata-mata menyalurkan seni dan imajinasi-nya. tetapi bukan berarti dengan hal tersebut anak-anak muda merasa bebas berekspresi, selalu saja mereka mendapatkan gangguan seperti: dibubarkan warga karena dibilang bersifat kerusuhan, dibubarkan aparat karena menggangu, ataupun dijadikan respon yang negatif. Padahal jika dilihat kearah musik dangdut yang sangat komersil tersebut, mereka justru bersifat kerusuhan, beberapa terjadi tawuran antar warga karena musik dangdut, orang-orang tua meminum-minuman keras dan meninggalkan pekerjaan nya, selalu bersifat pornoaksi dengan pakaian tidak senonoh dan dipertontonkan kepada khalayak ramai. Apa hal tersebut juga tidak menjadi respon negatif? Dont Judge people by their look.
Belum lama juga, musik dangdut menjadi penarik beberapa partai politik dalam mencari simpati masyarakat, namun jangan lupakan tentang efektifitasnya, banyak sekali warga yang menjadi korban saat kampanye dengan musik dangdut yang secara besar-besaran. Mereka berjoget-joget dengan biduan yang terlihat seksi ditengah lapangan dan menyanyikan lirik lagu yang cukup mengandung unsur pornoaksi dianggap sebagai hiburan yang bermanfaat, sehingga musik-musik anak muda yang mengandung unsur perubahan dan pergerakan dianggap sebagai pengganggu musik-musik dalam negeri. Tidak adanya Respect antara satu sama lain membuat hal tersebut pecah belah.