Jumat, 04 April 2014

An Essay of Natural Slection {(UNFAIR)}

Natural Selection
Sudah bukti nyata bahwa seleksi membuat elemen yang terkecil selalu kalah dengan yang besar. Menjadikan kekuatan yang lemah menjadi lemah, dan yang kuat menjadi kuat. Tidak begitu mudah untuk manusia melewati hal tersebut, selalu saja ada tantangan, halangan, dan hantaman dari musuh lainnya. Bahkan seorang ilmuwan pun harus berfikir beribu-ribu kali tentang hipotesis tersebut, seperti hal nya Darwin dengan bukunya, ataupun dengan ilmuwan yang membuktikan tentang peradaban masa lampau. Hipotesis tersebut gue llustrasikan dalam gambar yang gue buat, tentang Seleksi Alam yang nyata tentang bagaimana proses kehidupan berlangsung. Bagaimana seorang manusia yang besar dapat merusak tulang belulang musuhnya yang terlihat kecil, ataupun seekor Singa, sang raja hutan yang bisa menjadikan budak nya seperti debu dari tulang yang dihancurkan.
Semua seperti ketidak adilan, dari semut yang kecil dan berusaha hidup bersosialitas namun tetap saja hanya dengan siraman air dan tiupan angin mereka bisa hancur begitu saja oleh makhluk yang lebih besar dari mereka. Ketidak adilan tersebut tidak bisa lepas dari norma yang berlaku. Namun mungkinkah adanya peraturan tersebut, selain dari peraturan nurani yang ada. Hal itupun mengandung makna silogsme yang penting untuk kehidupan sosial, dan semua aspek-aspek hipotesis mengandung silogisme lain dengan hipotesis lainnya.
Natural Selection sama seperti ketidak adilan yang dibenarkan, tak pernah kah kalian melihat para kaum bangsawan selalu memperbudakan orang-orang miskin, ataupun mereka yang memiliki tahta selalu menjadikan kesengsaraan terhadap orang miskin adalah sebuah kesenangan bagi mereka. Seorang Raja selalu benar dan semua harus tunduk terhadapnya, bukankah hal tersebut adalah ketidak adilan yang nyata, ataupun seorang putri raja yang tidak boleh bergaul dengan berandalan kota yang selalu dipandang sebelah mata oleh penduduk kursi parlemen. Padahal jika kalian mengerti tentang sistem kedudukan di bidang Religion, manusia dengan manusia lainnya adalah insan yang sederajat, hanya yang membedakan adalah keimanan mereka. Itu yang akan menjadi pembahasan yang nyata dari topik tentang Natural Selection ini.
Mungkin hal tersebut sudah ditakdirkan oleh garis kehidupan Timeline, sudah tidak bisa dihapuskan lagi. Alam memang selalu memiliki sifat yang khas yaitu selalu memiliki sifat timbal balik apa yang telah diberikan kepada mereka, mereka pun akan memberikan sesuatu yang setimpal pula terhadap apa yang telah mereka dapat. Sama dengan apa yang ditakdirkan dengan kehidupan, selalu terjadi sama dengan apa yang terjadi dalam past and future, selalu berkesinambungan dan tidak akan pernah putus sampai terhenti di satu titik ujung.
Mereka yang merasa dirinya besar akan percaya diri untuk melawan sesuatu yang ingin dia hancurkan, mereka yang merasa kecil akan takut terhadap mereka yang merasa besar, maka dari itu banyak sekali seseorang yang merasa dirinya sudah mapan selalu ingin meraih sesuatu yang lebih tinggi namun pada akhirnya mereka terjatuh dan sakit, ataupun mereka yang merasa dirinya kecil dan remeh didunia ini selalu menengadahkan tangan kepada orang-orang yang dianggap mereka besar dan mengharapkan belas kasih dari mereka. Itu semua percuma mereka lakukan jika kedua hal tersebut saling terputus. Apa salahnya jika seseorang yang merasa dirinya besar itu memanfaatkan orang kecil untuk bekerja sama dengan mereka dan menggapai bersama-sama mimpi tinggi mereka tersebut, semua akan lebih kondusif dan tidak ada rasa status sosial yang tinggi ataupun rendah.
Tidak semua orang mempercayai hipotesis yang gue buat ini, semua hanya mengharapkan lebih dari yang mereka dapat dan tidak pernah melihat sekeliling nya yang sedang berjuang dalam kehidupan yang vhana ini, membuat mereka yang kuat dapat dengan mudah menyingkirakan yang kecil dihadapan mereka. Coba lihat sekeliling kalian yang tidak pernah memperhatikan lingkungannya, contohnya sebuah rumah besar dan mewah membuang sampah rumah tangga nya ketempat kumuh dan banyak orang-orang miskin tinggal di tempat kumuh tersebut untuk mendapatkan sisa-sisa dari limbah dari orang yang memiliki kehidupan mewah.
***
Maka dari itu, sebelum dunia ini hanya menjadi dedaunan yang runtuh dan kita menjadi anai-anai yang terbang dan mati, kita harus menghancurkan sistem yang kita pikirkan itu dan rubah menjadi yang lebih baik dari sebelumnya. Untuk mereka yang merasa dirinya besar dan dapat dengan mudah menjatuhkan mereka yang lemah, hukuman yang setimpal akan terjadi terhadap mereka, bukankah perkara yang mudah untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan cara saling merangkul satu sama lain untuk melanjutkan kehidupan yang saling berkesinambungan, berhubungan dan saling mendorong satu sama lain agar semua status sosial didunia ini tidak seperti alur kunung yang sulit dan terjal dan penuh dengan lika-liku,sehingga sulit mencari sesuatu yang lurus dan mudah dilewati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar