-
Pagi
itu sangat cerah, burung-burung berkicau disekitar rumah dimana aku tinggal
sekarang. Seperti biasa dengan pagi yang sangat cerah, aku selalu melihat
kearah pohon besar yang berdiri tegak didepan jendela kamar ku. Aku tinggal
disatu Asrama tua milik pendeta tua. Saat kejadian yang telah ku alami sewaktu
aku kecil, aku berhasil hidup dan dibawa oleh seorang pendeta yang bernama
Cristopher Bartney. Bartney adalah lelaki yang baik, dan dia juga memiliki
nilai sosial yang tinggi. Saat kejadian dimana aku ditinggalkan oleh keluargaku
yang telah punah, Bartney sedang dalam perjalanan menuju Bahamas, yaitu tempat
peribadatannya saat itu. Dia melihatku menangis saat itu, berada disekeliling
tulang belulang orang yang telah mati dan dalam keadaan sekarat. Aku langsung
dibawa olehnya dengan menggunakan mobil. Entah seberama lama aku berada di
tempat itu, sebelum Bartney menemukanku, zaman aku terpisah dengan keluargaku
tidak ada sama sekali mobil seperti yang Bartney kemudikan untuk membawaku
kerumah sakit, dan saat zaman aku lahir pun tidak ada rumah sakit, sehingga
berarti aku menangis dan terus menangis selama puluhan tahun disana. Aku pun
bingung kenapa aku tidak mati, apa mungkin ada hubungannya dengan iblis yang
berada dalam tubuhku ini.
“Hai,
Steve.” Seorang suster memanggilku
“Hai,
bagaimana pagi ini? Dimana Bartney?.”
“Aku
sudah menyiapkan sarapan untuk mu, Bartney? Aku pikir dia bersamamu.”
Aku
pun bergegas keluar dan menuju kearah meja makan yang sudah ada roti dan daging
kalkun diatasnya.
Aku
melahap makanan yang sudah disediakan.
“Sudah
bangun rupanya anak muda ini?.” Bartney menyapaku sambil menutup pintu.
“Hey,
darimana saja kau? Bagaimana pencariannya?.”
“Apa
kau masih juga mencari Jack?.”
“Hey
tuan pendeta suci, kau pasti banyak memiliki teman yang tentunya kenal dengan
dukun bodoh itu kan!.” Aku bertanya sambil sedikit bercanda.
“Hahaha...
habiskan dulu makanan mu pagi ini. Kau tau apa? Ini Inggris, agama kami cukup
kuat disini, sulit aku untuk mencari dukun itu.”
Aku
pun terdiam sejenak dan memberhentikan makan ku.
Bergegaslah
aku menuju kamar ku, dan aku segera mengambil jaket kulit dan kunci motor ku
untuk siap bergergian.
“Apa
yang kau cari Steve!.” Suster menyahut sambil mengaduk adonan kue didekat
perapian
“Oh
ya, aku akan pergi mencari angin segar diluar. Aku akan pulang petang.”
Aku
langsung menuju ke gudang dan segera menghidupkan motor ku.
****
Aku
sekarang hidup diera modern, walaupun aku lahir dalam dunia kegelapan dan aku
pun selalu berkata kepada siapapun bahwa aku bukan anak muda yang berumur tua.
Semua teman-temanku adalah para pengendara motor, dan aku termasuk bagian dari
mereka. Seperti sebuah persaudaraan pengendara motor besar yang kesehariannya
adalah berkumpul disebuah pub di London barat.
Hari
itu aku pergi kesana untuk bertemu salah satu teman ku yang asli lahir di
Inggris. Aku masih mencari dimana Jack berada, dan aku yakin tangan ku sendiri
yang akan membunuhnya, mungkin saja monster yang ada dalam tubuhku ini dapat
membantuku.
Daratan
Inggris adalah tempat persembunyian yang kurang baik bagi dukun setan seperti
Jack, tetapi aku yakin bahwa dimana aku tinggal pasti dia selalu mengikutiku
untuk mengusir iblis yang ada didalam tubuhku ini. Inggris memiliki subkultur
dan paham religius yang sangat tinggi, mayoritas memiliki agama Kristen yang
cukup kuat, namun bukan berarti aku menjadi bagian dari mereka, karena aku
adalah iblis dan aku berada dikedua diantara mereka sehingga kehidupan dan
kematian ku adalah salah besar.
“Hey
Brother, hari yang cukup dingin diluar bukan!.” Jhonny temanku menyapa ku
ketika aku masuk kedalam pub yang sudah cukup ramai.
“Aku
akan meminta bantuan kepadamu.” Aku pun duduk di kursi didepan bar.
“Tanyakan
kepadaku, daratan Inggris sudah aku lalui, apa yang kau inginkan Steve?.”
“Pernahkan
kau melihat lelaki tua dan terlihat seperti seorang penjahat?.” Aku mulai
bertanya sambil meneguk sebotol beer.
“Maksudmu
aku harus mencari laki-laki itu? Kau ingin aku membunuhnya?.”
“Bodoh,
dengarkan dulu. Aku selalu dimata-matai oleh lelaki itu, dan dia adalah dukun
pemuja setan.”
“Itu
hal yang menarik, aku tau dimana tempat para berkumpulnya orang-orang yahudi,
dan bahkan orang-orang yang tidak memiliki pegangan religius. Sebelumnya, kau
lebih baik bersenang-senang disini dulu, cuaca diluar terlalu dingin.”
“Baiklah,
tapi kau janji kau tidak akan mabuk dan akhirnya melupakan janji mu.”
“Hahaha,
aku berjanji!.”
Hari
itu kami menghabiskan waktu bersenang-senang didalam Pub, menikmati minuman
khas negeri ini, menikmati Beer, dan mendengarkan musik Rock n Roll yang sangat
energik. Terkadang aku sering lupa waktu jika sedang berkumpul disini,
teman-teman ku selalu membuat aku lupa akan waktu dan akupun yakin aku akan
aman disini, jauh dari penglihatan dukun sialan itu. Mungkin saat ayahku masih
hidup pun dia melakukan hal seperti ini, berkumpul setelah bertani didalam
saloon bersama kawan-kawannya, hanya bedanya mereka menunggangi kuda yang
tangguh dan aku menunggangi motor ku yang meradang.
Di
dalam Pub kami bersenang-senang, sehingga hampir saja aku lupa tentang apa yang
akan aku lakukan dihari itu. Besar sekali tekad ku untuk segera menghabisi si
dukun sialan itu dengan rasa benci ku tentang apa yang telah diceritakan
Bartney saat aku masih kanak-kanak. Beringas lah diriku sudah dan aku segera
menuju ketempat dimana Jhonny sedang bermain bola Billiard. Aku sudah tidak
bisa menunggu lagi, cuaca diluar semakin buruk dengan hujan yang sangat deras,
namun tidak membuat tekad ku hilang begitu saja tertelan oleh derasnya hujan,
tetapi tekad ku semakin kuat ketika aku mengingat bagaimana seharusnya aku
menjalani dunia ini dengan kebencian.
Aku
menepuk pundak Jhonny dan dia pun mengerti apa yang aku maksud, segeralah aku
memakai jaket kulit tebal ku dan langsung bergegas keluar tanpa menghiraukan
derasnya hujan diluar.
“Kau
sangat bersemangat kawan.” Jhonny memujaku dengan tatapan seperti laki-laki
sejati.
“Ini
akan menjadi petualangan yang sangat menakjubkan.”
“Ini,
sebagai laki-laki kau bisa menggunakan ini kawan!.” Jhonny melemparkan sebuah
senjata kepadaku.
“Darimana
kau dapat?.”
“Polisi
saat malam itu mabuk didalam Pub, hahaha.”
“Kau
pencuri yang cerdik, ayo!.”
Kami
berdua langsung berangkat masing-masing dengan menggunakan motor besar. Jhonny
berada didepan ku, dia memimpin perjalananku hari ini. Petir bergemuruh mencoba
menjatuhkan tekadku, namun persetan dengan hal itu karena aku adalah iblis, aku
adalah manusia yang terlahir dengan kebencian dan selalu hidup tanpa ketakutan.
Dalam
perjalanan aku teringat tentang apa yang diceritakan oleh Bartney kepadaku, aku
ingat tentang betapa rela dirinya untuk menyelawatkan jiwa ku dari segerombolan
dukun itu, membuat aku sekarang rindu akan kasih sayangnya. Jika saja ibu ku
ada bersamaku, pasti dia akan melakukan hal sama seperti aku lakukan sekarang,
membunuh Jack Loarde.