Senin, 31 Maret 2014

The Deal of a Cowboy - Kematian Jack Loarde 3#


-
Pagi itu sangat cerah, burung-burung berkicau disekitar rumah dimana aku tinggal sekarang. Seperti biasa dengan pagi yang sangat cerah, aku selalu melihat kearah pohon besar yang berdiri tegak didepan jendela kamar ku. Aku tinggal disatu Asrama tua milik pendeta tua. Saat kejadian yang telah ku alami sewaktu aku kecil, aku berhasil hidup dan dibawa oleh seorang pendeta yang bernama Cristopher Bartney. Bartney adalah lelaki yang baik, dan dia juga memiliki nilai sosial yang tinggi. Saat kejadian dimana aku ditinggalkan oleh keluargaku yang telah punah, Bartney sedang dalam perjalanan menuju Bahamas, yaitu tempat peribadatannya saat itu. Dia melihatku menangis saat itu, berada disekeliling tulang belulang orang yang telah mati dan dalam keadaan sekarat. Aku langsung dibawa olehnya dengan menggunakan mobil. Entah seberama lama aku berada di tempat itu, sebelum Bartney menemukanku, zaman aku terpisah dengan keluargaku tidak ada sama sekali mobil seperti yang Bartney kemudikan untuk membawaku kerumah sakit, dan saat zaman aku lahir pun tidak ada rumah sakit, sehingga berarti aku menangis dan terus menangis selama puluhan tahun disana. Aku pun bingung kenapa aku tidak mati, apa mungkin ada hubungannya dengan iblis yang berada dalam tubuhku ini.
“Hai, Steve.” Seorang suster memanggilku
“Hai, bagaimana pagi ini? Dimana Bartney?.”
“Aku sudah menyiapkan sarapan untuk mu, Bartney? Aku pikir dia bersamamu.”
Aku pun bergegas keluar dan menuju kearah meja makan yang sudah ada roti dan daging kalkun diatasnya.
Aku melahap makanan yang sudah disediakan.
“Sudah bangun rupanya anak muda ini?.” Bartney menyapaku sambil menutup pintu.
“Hey, darimana saja kau? Bagaimana pencariannya?.”
“Apa kau masih juga mencari Jack?.”
“Hey tuan pendeta suci, kau pasti banyak memiliki teman yang tentunya kenal dengan dukun bodoh itu kan!.” Aku bertanya sambil sedikit bercanda.
“Hahaha... habiskan dulu makanan mu pagi ini. Kau tau apa? Ini Inggris, agama kami cukup kuat disini, sulit aku untuk mencari dukun itu.”
Aku pun terdiam sejenak dan memberhentikan makan ku.
Bergegaslah aku menuju kamar ku, dan aku segera mengambil jaket kulit dan kunci motor ku untuk siap bergergian.
“Apa yang kau cari Steve!.” Suster menyahut sambil mengaduk adonan kue didekat perapian
“Oh ya, aku akan pergi mencari angin segar diluar. Aku akan pulang petang.”
Aku langsung menuju ke gudang dan segera menghidupkan motor ku.
****
Aku sekarang hidup diera modern, walaupun aku lahir dalam dunia kegelapan dan aku pun selalu berkata kepada siapapun bahwa aku bukan anak muda yang berumur tua. Semua teman-temanku adalah para pengendara motor, dan aku termasuk bagian dari mereka. Seperti sebuah persaudaraan pengendara motor besar yang kesehariannya adalah berkumpul disebuah pub di London barat.
Hari itu aku pergi kesana untuk bertemu salah satu teman ku yang asli lahir di Inggris. Aku masih mencari dimana Jack berada, dan aku yakin tangan ku sendiri yang akan membunuhnya, mungkin saja monster yang ada dalam tubuhku ini dapat membantuku.
Daratan Inggris adalah tempat persembunyian yang kurang baik bagi dukun setan seperti Jack, tetapi aku yakin bahwa dimana aku tinggal pasti dia selalu mengikutiku untuk mengusir iblis yang ada didalam tubuhku ini. Inggris memiliki subkultur dan paham religius yang sangat tinggi, mayoritas memiliki agama Kristen yang cukup kuat, namun bukan berarti aku menjadi bagian dari mereka, karena aku adalah iblis dan aku berada dikedua diantara mereka sehingga kehidupan dan kematian ku adalah salah besar.
“Hey Brother, hari yang cukup dingin diluar bukan!.” Jhonny temanku menyapa ku ketika aku masuk kedalam pub yang sudah cukup ramai.
“Aku akan meminta bantuan kepadamu.” Aku pun duduk di kursi didepan bar.
“Tanyakan kepadaku, daratan Inggris sudah aku lalui, apa yang kau inginkan Steve?.”
“Pernahkan kau melihat lelaki tua dan terlihat seperti seorang penjahat?.” Aku mulai bertanya sambil meneguk sebotol beer.
“Maksudmu aku harus mencari laki-laki itu? Kau ingin aku membunuhnya?.”
“Bodoh, dengarkan dulu. Aku selalu dimata-matai oleh lelaki itu, dan dia adalah dukun pemuja setan.”
“Itu hal yang menarik, aku tau dimana tempat para berkumpulnya orang-orang yahudi, dan bahkan orang-orang yang tidak memiliki pegangan religius. Sebelumnya, kau lebih baik bersenang-senang disini dulu, cuaca diluar terlalu dingin.”
“Baiklah, tapi kau janji kau tidak akan mabuk dan akhirnya melupakan janji mu.”
“Hahaha, aku berjanji!.”
Hari itu kami menghabiskan waktu bersenang-senang didalam Pub, menikmati minuman khas negeri ini, menikmati Beer, dan mendengarkan musik Rock n Roll yang sangat energik. Terkadang aku sering lupa waktu jika sedang berkumpul disini, teman-teman ku selalu membuat aku lupa akan waktu dan akupun yakin aku akan aman disini, jauh dari penglihatan dukun sialan itu. Mungkin saat ayahku masih hidup pun dia melakukan hal seperti ini, berkumpul setelah bertani didalam saloon bersama kawan-kawannya, hanya bedanya mereka menunggangi kuda yang tangguh dan aku menunggangi motor ku yang meradang.
Di dalam Pub kami bersenang-senang, sehingga hampir saja aku lupa tentang apa yang akan aku lakukan dihari itu. Besar sekali tekad ku untuk segera menghabisi si dukun sialan itu dengan rasa benci ku tentang apa yang telah diceritakan Bartney saat aku masih kanak-kanak. Beringas lah diriku sudah dan aku segera menuju ketempat dimana Jhonny sedang bermain bola Billiard. Aku sudah tidak bisa menunggu lagi, cuaca diluar semakin buruk dengan hujan yang sangat deras, namun tidak membuat tekad ku hilang begitu saja tertelan oleh derasnya hujan, tetapi tekad ku semakin kuat ketika aku mengingat bagaimana seharusnya aku menjalani dunia ini dengan kebencian.
Aku menepuk pundak Jhonny dan dia pun mengerti apa yang aku maksud, segeralah aku memakai jaket kulit tebal ku dan langsung bergegas keluar tanpa menghiraukan derasnya hujan diluar.
“Kau sangat bersemangat kawan.” Jhonny memujaku dengan tatapan seperti laki-laki sejati.
“Ini akan menjadi petualangan yang sangat menakjubkan.”
“Ini, sebagai laki-laki kau bisa menggunakan ini kawan!.” Jhonny melemparkan sebuah senjata kepadaku.
“Darimana kau dapat?.”
“Polisi saat malam itu mabuk didalam Pub, hahaha.”
“Kau pencuri yang cerdik, ayo!.”
Kami berdua langsung berangkat masing-masing dengan menggunakan motor besar. Jhonny berada didepan ku, dia memimpin perjalananku hari ini. Petir bergemuruh mencoba menjatuhkan tekadku, namun persetan dengan hal itu karena aku adalah iblis, aku adalah manusia yang terlahir dengan kebencian dan selalu hidup tanpa ketakutan.
Dalam perjalanan aku teringat tentang apa yang diceritakan oleh Bartney kepadaku, aku ingat tentang betapa rela dirinya untuk menyelawatkan jiwa ku dari segerombolan dukun itu, membuat aku sekarang rindu akan kasih sayangnya. Jika saja ibu ku ada bersamaku, pasti dia akan melakukan hal sama seperti aku lakukan sekarang, membunuh Jack Loarde.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar