Udah
gak aneh buat kita tentang bagaimana orang-orang tua selalu melarang tentang
apa pun pergerakan anak muda, mereka selalu melarang anak muda dengan alasan “mau apa kamu nanti kalau hidup ugal-ugalan
dan menentang orang tua”. Padahal sudah diketahui bahwa anak muda sudah
memiliki pandangan yang cermat dan visioner, baik dalam karir maupun
kepribadian. Mungkin pandangan orang tua berbeda kepada anak-anak nya, bahwa
modernisasi sangatlah berdampak buruk bagi masa depan, beberapa contoh sebut
saja seprti diskriminasi anak dalam memilih jenjang pendidikan, banyak
anak-anak muda yang dipaksa untuk menempuh pendidikan yang tidak disukai nya,
seperti menentukan fakultas dalam mata perkuliahan, ataupun penentuan karir
yang diatur sedemikian mungkin oleh tangan orang tua yang secara tidak langsung
membuat si anak tersebut menjadi tertekan bahkan merasa dirinya belum sama
sekali bebas.
Gue disini
bukan membahas tentang pendidikan, ataupun tentang karir, tetapi gue disini mau
membahas tentang kecurangan orang tua terhadap kaula muda.
Menurut pendapat orang tua, bisa
dibilang anak muda itu masih kumpulan orang-orang yang tidak terlalu penting
dalam kehidupan, tidak perlu diperhatikan karena hanya perlu di beri pendidikan
saja dengan cukup, tetapi apalah jadi nya pendidikan disini pun sudah menjadi
mainan para orang tua. Bebasnya anak-anak muda hanya terjadi saat mereka sudah
berumah tangga, so pasti semua akan berubah. Lupakan hal tersebut, gue disini
mau membahas tentang musik yang bisa menjadi tonggak Revolusi untuk kebebasan
berekspresi.
MUSIK
Musik
adalah sesuatu yang bersifat imajinasi dan sangat memiliki kandungan seni yang
sangat tinggi. Musik juga sebagai sesuatu kebutuhan dalam hidup, tanpa musik,
dunia terasa hampa, bahkan kehidupan hanya akan ada suara-suara dari manusia
yang penuh dengan kesalahan. Musik membuat hidup itu bergema.
Ada beberapa
perbedaan dari anak muda dan orang tua didalam aspek musik ini. Anak muda
condong kepada musik yang memiliki kandungan idealisme tentang kehidupan anak-anak
muda, sedangkan orang tua di Indonesia (khususnya) selalu condong terhadap
musik dangdut, atau melayu/etnis. Hal tersebut sangat berbeda satu sama lain. Keras
nya keinginan anak-anak muda dengan musik yang dibangga-bangga kan nya, tidak
sama sekali didukung oleh orang tua.
Gue enggak
sama sekali berniat menjatuhkan musik dangdut, tetapi musik tersebut makin hari
semakin tidak terlalu efektif bagi sebuah revolusi musik. Dangdut makin hari
semakin cenderung kearah pornoaksi, contoh saja musik-musik dangdut sekarang
disekitar kalian, bahkan anak-anak kecil pun menjadi ikut-ikutan terpengaruh
dengan musik dangdut yang tidak sama sekali memiliki nilai pendidikannya.contoh
lain saja seperti Biduan (penyanyi
dangdut), mereka selalu bertampil seronok dan sangat tidak baik untuk anak-anak
dibawah umur, tengok saja saat adanya panggung-panggung musik dangdut, dan
anak-anak kecil menonton nya dengan serius, sehingga tidak langsung mereka
mengerti tentang apa itu dangdut dan apa itu arti dalam musik dangdut tersebut.
Lirik-lirik
yang sangat mengandung unsur-unsur pornografi, contoh lagu: Hamil duluan, Buka Sitik Joss, atau Jablay,
hal tersebut sangat tidak baik untuk dipublikasi kan bahkan menjadi hal yang
komersil, ditambah dengan lirik-lirik nya yang selalu cendrung dengan dunia
percintaan. Mungkin hanya Rhoma Irama saja yang menjadikan dangdut itu media
komunikasi yang berbasis pendidikan. Gue sendiri pun salut dengan beliau, tetapi
hanya saja semakin hari perubahan citra dangdut tersebut menjadi buruk.
Biduan Dangdut yang berpakaian seksi
Berbeda
dengan musik-musik yang didengar oleh kalangan anak muda, memang terdengar keras
tetapi dari idealisme yang sangat tajam akan pergerakan anak muda seperti: sosialisme, revolisuoner, kebudayaan, dan
religi, semua mereka jadikan seni dalam bermusik. Memang musik-musik
Metal/Rock terkesan seperti musik ajaran sesat, tetapi mereka tidak bersifat
mengajak untuk ikut larut dalam lirik yang dibuat, tetapi mereka hanya
membahasa tentang krusial nya kehidupan. Kebanyakan mereka mengemas musik
tersebut dengan kepercayaan diri sendiri sehingga dalam industri musik Independent (Indie) lebih menjadi kan
revolusi musik kearah yang lebih baik dan cerdas. Tengok saja, beberapa musisi
Indie di Indonesia sudah bertaraf Internasional dan sangat Revolusioner,
sehingga bisa menjadikan harum nama bangsa di kancah Internasional. Sebut saja
diantaranya: White Shoes and the Couples
Company, The S.I.G.I.T, Gugun Blues Shelter, Burgerkill, dan masih banyak
lagi.
Bisa
dilihat, hal tersebut sangatlah berbeda antara kualitas idealisme musik
kalangan anak muda dan kalangan orang tua.
Band anak negeri, Burgerkill, mendapatkan penghargaan internasional Golden Gods Award
2013 untuk kategori Metal As Fck yang berlangsung di London, Inggris,
pada 17 Juni 2013.
KETIDAKADILAN
DALAM VENUE
Venue-venue
untuk menyiarkan secara langsung musik-musik sangatlah penting, untuk bagaimana
musik tersebut tersaji secara langsung.
Venue
musik dangdut sangat lah komersil dan selalu diterima oleh masyarakat dimana
pun berada, berbeda dengan musik-musik Independent yang dibuat oleh kalangan
anak muda yang selalu mendapat respon negatif oleh masyarakat sehingga
timbulnya ketidak adilan antara kedua idealisme tersebut. Musik dangdut selalu
diterima dimana pun, walaupun terlihat tidak efektif dalam pembelajaran, musik
ini bisa menyihir orang-orang, bahkan membuat anak-anak menjadi larut dalam
pergerakan ini, sayang nya musik ini tidak sama sekali mendidik bagi
masyarakat. Begitulah masyarakat yang selalu suka dengan hal yang komersil
walaupun tidak efektif. Namun sudah disinggung sebelumnya, venue untuk
musik-musik Independent anak-anak muda dipandang sebelah mata oleh masyarakat
luas, sehingga disebut sebagai musik penggangu, ketidak adilan ini membuat
anak-anak muda menjadi sulit untuk berekspresi dan menyalurkan pemikirannya,
selalu saja orang tua yang menjadi utama dalam kehidupan.
Timbulnya
ketidak adilan dalam bermusik, anak-anak muda membangun sendiri pemirikannya
dengan cara underground (bawah
tanah), yaitu musik yang hanya diperioritaskan untuk anak-anak muda saja yang
mengerti tentang musik revolusioner, walaupun dipandang sebelah mata. Mereka membuat
panggung-panggung didalam warung-warung makan, membuat panggung kecil dipasar,
didalam garasi, gudang, bahkan ditempat yang sudah tidak layak pakai (Street
Gigs), hanya untuk semata-mata menyalurkan seni dan imajinasi-nya. tetapi bukan
berarti dengan hal tersebut anak-anak muda merasa bebas berekspresi, selalu
saja mereka mendapatkan gangguan seperti: dibubarkan warga karena dibilang
bersifat kerusuhan, dibubarkan aparat karena menggangu, ataupun dijadikan
respon yang negatif. Padahal jika dilihat kearah musik dangdut yang sangat
komersil tersebut, mereka justru bersifat kerusuhan, beberapa terjadi tawuran
antar warga karena musik dangdut, orang-orang tua meminum-minuman keras dan
meninggalkan pekerjaan nya, selalu bersifat pornoaksi dengan pakaian tidak
senonoh dan dipertontonkan kepada khalayak ramai. Apa hal tersebut juga tidak
menjadi respon negatif? Dont Judge people
by their look.
Belum
lama juga, musik dangdut menjadi penarik beberapa partai politik dalam mencari
simpati masyarakat, namun jangan lupakan tentang efektifitasnya, banyak sekali
warga yang menjadi korban saat kampanye dengan musik dangdut yang secara
besar-besaran. Mereka berjoget-joget dengan biduan yang terlihat seksi ditengah
lapangan dan menyanyikan lirik lagu yang cukup mengandung unsur pornoaksi
dianggap sebagai hiburan yang bermanfaat, sehingga musik-musik anak muda yang
mengandung unsur perubahan dan pergerakan dianggap sebagai pengganggu
musik-musik dalam negeri. Tidak adanya Respect
antara satu sama lain membuat hal tersebut pecah belah.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai selera yang berbeda. Termasuk dalam musik. Menurut gue, ada beberapa hal yang bisa jadi alasan kenapa orang bisa suka dengan genre atau selera musik yg dipilihnya, yaitu: Aransemen, lirik, dan penampilannya. Ada yang suka hanya dengan aransemennya, tapi gak suka liriknya. Begitu pun sebaliknya. Ada yang suka aransemen dan lirik, tapi gak suka penampilannya. Ada juga yang gak peduli aransemen dan lirik, tapi yg diliat penampilannya. Tergantung.
BalasHapusBtw, tulisan lo keren. Gue juga prihatin sama musik dangdut yg lebih cenderung ke porno aksi (badan seksi, mamer aurat, dan lirik lagu yg gak bermoral). Anak kecil jaman sekarang makanannya begituan. Untung waktu gue kecil, masih dengerin lagu2nya Trio kwek-kwek. :))
Selamat, akhirnya lo ngerti dan nyambung sama tulisan gue.
Hapus