The phenomenon of
CASUAL, HOOLIGAN,
ULTRAS, and ACAB
Berbicara
tentang zaman itu ga akan selesai sampai kapan pun, sampai lo baca blog ini
tujuh puluh tahun juga ga akan ada ujungnya. Tapi hal tersebut bisa di sekat
dengan beberapa point-point yang ada dalam dunia zaman ke-zaman ini. Beberapa tahun
lalu contoh ketika era80’an dimana musik menjadi perioritas pertama dalam gaya
hidup, misalnya dalam pembentukan celana cut
bray atau baggy jeans dengan gaya
hip hop yang boleh dibilang oldskool di era sekarang. Tapi itu semua sudah
lekang oleh jaman, orang-orang yang perna memakai life style seperti itu
mungkin telah terbang kemana, peduli setan!. Banyak sekali life style di era
yang sudah lewat dahulu, gue juga kalau disuruh buat mengurutkan juga ga akan
hapal, tapi ini mungkin bisa menjadi suatu pembahasan yang berpoint memperbaiki
idealisme dalam zaman dan life style tersebut.
Tahun
2002-2005 sepak bola hanya di minati oleh orang-orang tua saat itu, tidak
banyak anak-anak remaja yang menggemari nya, mungkin karena faktor waktu yang
berbeda dimana siaran langsung pertandingan bola tersebut berbeda dengan waktu
di Indonesia, jadi dulu anak-anak remaja masih dikelonin setelah sinetron Tersanjung
selesai. Akan tetapi setelah zaman terbaharui, dan segala nya pun sudah semakin
canggih, tahun 2005-2009 penggemar sepak bola sudah mulai merambah ke berbagai
kalangan, dari dulu yang bilang “apaan
pertandingan bola, bola satu direbutin sama dua puluh dua orang, ribet”,
tapi nyatanya Fuckoof!!! Mereka yang
berkata seperti itu menjadi seorang yang tiba-tiba fanatik dengan sepak bola. Sehingga
dari tahun 2009- sekarang atau selanjutnya, perkembangan sepak bola menjadi
semakin menanjak. Anak-anak remaja yang dulu cuma bisa mendengarkan lagu di handphone
China yang mereka anggap itu mewah, dengan fitur pemutar musik yang volume nya
melebihi besar bentuk hape nya dan sehari-hari mendengarkan lagu dari ST12,
Wali, sampai kangen band, kini telah berubah menjadi seseorang pengkoleksi
jersey sepakbola. Its True, yeah?
Realize!
Saat
gue ngongkrong sambil berkumpul disatu tempat minum beer di Bogor, gue saat
itu sedang bercengkrama dengan orang-orang yang suka sekali dengan sepak bola,
padahal mereka ga bisa main bola, yah termasuk saya. Saat itu teman gue,
panggil saja Japra, dia mengaku dirinya sebagai seorang skinhead yang tergolong
dalam student class skin, entah apa
maksudnya, tapi itu adalah gaya hidup nya sekarang, dengan memakai jaket Bomber Jet dan celana Ratty Jeans dan tatanan rambut pelontos
doi menerangkan tentang life style di kota Bogor ini, kota ditempat kami berdua
tinggal, keadaan anak muda di Bogor sedang berada dalam keanehan tentang
bagaimana supporter bola di Inggris/Italy atau negara lain dipakai life style nya
oleh mereka dan sering kali disalah artikan dalam kehidupan sehari-hari.
Para Hooligan dan gaya mereka bertarung dan bergaya Casual
1.
Pertama
tentang apa definisi Hooligan. Menurut si Japra, si anak
skinhead itu, dia berkata “Hooligan dalam kehidupan di britania raya itu
sebutan untuk orang-orang yang berada ditaraf sosial bawah, atau bisa disebut
dengan preman dan kumpulan orang-orang yang selalu melakukan vandalisme.” Ujar si
Japra sambil memutar katup pada tower beer. Mungkin bisa didefinisikan bahwa Hooligan tersebut adalah panggilan
sekumpulan orang-orang yang melakukan aktivitas buruk. Tetapi pada saat itu, si
Japra, merupakan seorang yang mendukung tim dari Inggris: West Ham United,
namun dia tidak ingin dibilang dirinya sebagai seorang Hooligan. “Gue bukan Hooligan, seperti orang-orang di Bogor
sekarang inginkan, mereka engga ngerti antara Hooligan dan Ultras yang
terkadang mereka menggabungkan kedua idealisme tersebut.” Ujar si Japra semakin
tegas. Oh iya, saat itu kita sedang merayakan ulang tahun sepupu gue, dia pun
seorang penggemar Liverpool seperti gue, dan kami sedang berpesta malam itu. Kembali
ke si Japra, si Japra berkata seperti itu seolah-olah dia mencibir bagai mana
anak-anak muda di Bogor dengan kehidupan life style nya yang ingin dibilang
dirinya sebagai Hooligan/Ultras yang akhirnya mereka menggabungkan kedua
tersebut dengan kata Casual. Jika dipaparkan secara verbal, dan harfiah, Casual tersebut adalah sebuah gaya atau bentuk fashion, buka
identik dengan kekerasan yang sering mereka agung-agung kan. “Inggris memang
rata-rata bergaya casual karena menyesuaikan daerahnya yang suhu nya dingin
banget” kata si Japra lagi, dia pun menerangkan tentang Casual tersebut menjadi
trend dalam persepakbolaan. Namun sebelum si Japra menerangkan tentang Casual,
gue pun ikut turut bicara tentang hal tersebut.
Menurut
gue, Casual tersebut memang gaya
kehidupan mereka yang selalu memakai pakaian tebal dan tertutup rapi, namun
disamping itu pun, saat kejadian Heysel
Disaster kala Liverpool bertandang ke
markas Juventus saat piala Eropa, dan adanya keributan dari kedua supporter
sehingga mencoreng nama baik Inggris dalam dunia persepakbolaan. Supporter
Inggris mendapatkan skorsing tidak bisa menonton pertandingan club
masing-masing di luar willayah negara, dan saat itu supporter Liverpool menjadi
sasaran amuk para supporter Inggris lainnya. Kemudian saat skorsing
berlangsung, antusias para supporter Inggris untuk melihat club nya bertanding
tidak sama sekali lekang, mereka mencari cara untuk bagaimana bisa melihat
langsung pertandingan di lapangan, dan akhirnya salah saru cara adalah dengan
melakukan penyamaran sebagai orang-orang yang tidak terlibat dengan kerusuhan
dan menyamar menjadi orang-orang kaya dengan cara merampok beberapa toko
pakaian eksekutif yang ada disekitar mereka untuk dijadikan bahan penyamaran,
terbentuklah fashion Casual dalam
persepakbolaan.
Kembali
dengan point-point penting pembahasan, hari itu sudah sangat malam, kami masih
tetap saja berbincang-bincang tentang Hooligan,
Casual, dan Ultras, walaupun salah satu dari kami sudah tidak kuat untuk
meneguh kembali beer yang masih terisi penuh dalam gelas, hahah!. But we are better than satnite force self to
drunk and disturb the people.
Ultras dengan gaya nya yang keras
Ultras, adalah sebutan untuk
mereka supporter fanatik sepakbola di ranah negeri Pizza (Italy). Ultras
identik dengan kekerasan, dan tidak jauh pula dengan Hooligan, namun beda nya,
Ultras langsung terjun langsung dengan pertempuran mulai dari melawan supporter
musuh, melawan polisi, sampai membajak kendaraan-kendaraan untuk ditumpangi. Bedanya
dengan Hooligan, Ultras lebih kedalam kekerasan nya, sedangkan Hooligan lebih
kedalam modern football, sehingga timbul perselisihan antara mereka dengan adanya
selogan yang dibuat oleh kalangan Ultras, yaitu “Againts Modern Football”, sebenarnya bukan berarti mereka melawan
langsung dengan idealisme para Hooligan, tetapi lebih kedalam ke-klasikan
peraturan dalam permainan sehingga tidak terjadi unfair dalam pertandingan. Berbeda dengan Britania yang sudah
tehanyut dalam kelas Modern Football. Terkadang kedua aspek
tersebut: Hooligan – Ultras berbeda
namun tetap sama dalam satu jalur tujuan, yaiutu mencari eksistensi dalam club
nya dan menjadikan club nya sebagai raja sepakbola dunia.
Pada
intinya, idealisme dari kedua aspek tersebut adalah sebuah perkumpulan paham
yang fanatik dengan dunia sepakbola, yang mendukung clubnya masing masih untuk
menjadi raja di persepakbolaan dunia dengan cara mereka masing-masing yang
tentunya berbeda satu sama lain dalam sisitem yang mereka anut.
Namun
ini lah inti nya anak-anak remaja yang mulai berada di era transisi diri sering
menjadikan paham tersebut sebagai life style, mereka pikir bahwa semakin mereka
berdandan seperti Ultras/Hooligan, mereka akan semakin sangar untuk disegani, tetapi
itu semua tidak sama sekali sama dengan sumber idealisme tersebut. Sebagai contoh,
anak-anak sekolah berangkat dengan menggunakan jaket parka dan sepatu sport
casual yang mencirikan dia adalah Hooligan/Ultras dan dijadikan untuk karakter
pribadi untuk dipamerkan kepada khalayak ramai, padahal di sumbernya sendiri,
para Hooligan/Ultras tidak sama sekali ingin disorot oleh public, bahkan
dirinya tidak ingin disebut sebagai seorang Hooligan/Ultras. Ataupun contoh nya
tentang fenomena ACAB (All Cops Are
Bastard) tentang bagaimana Hooligan/Ultras selalu melawan aparat untuk
melakukan operasi nya, namun disini sangatlah jauh berbeda, anak-anak disini
memahami ACAB untuk bergaya bahwa
mereka anti dengan aparat, padahal aparat di Indonesia tidak mengerti sama
sekali maksud dari ACAB itu sendiri,
karena tidak ada masalah dengan anak-anak muda yang tiba-tiba anti dengan
aparatur negara.
para Ultras melawan polisi dijalanan
Terkadang
arus Globalisasi terlau membuat remaja-remaja terlena dengan apa yang ada
disekitarnya, mungkin boleh dibilang “enggak
tau diri”. INI INDONESIA BUKAN ITALIA ATAU BRITANIA. RAYA. JADI GAUSAH
SEGALA CASUAL DEH, BIKIN GERAH DOANG, KAN DISANA TUH EMANG SUHU NYA DINGIN.
Setelah
perbincangan kami puas untuk mengkritik tentang keadaan anak muda disekitar
lingkungan kami (Bogor, Indonesia), kami pun pulang dengan puas dan selalu
mentertawakan mereka yang masih berprinsip “Makin
Casual makin Hooligan/Ultras men!!!” hahah BULSHIT!!!
Kalau menurut saya casual itu tidak harus memakai parka,jaket tebal, casual itu bergaya sesuka hati dan nyaman dipakai,kalau pemahaman anda tentang casual yang seperti itu itu diterapkan di negara sana di sana kan dingin dia pakai jaket,parka, karena menurut mereka itu nyaman dipakai
BalasHapusMaaf masih newbie
Kalau menurut saya casual itu tidak harus memakai parka,jaket tebal, casual itu bergaya sesuka hati dan nyaman dipakai,kalau pemahaman anda tentang casual yang seperti itu itu diterapkan di negara sana di sana kan dingin dia pakai jaket,parka, karena menurut mereka itu nyaman dipakai
BalasHapusMaaf masih newbie
Untungnya saya skinhead jadi mengerti kultur, casual ga selalu wajib pakai parka ko tapi selama buat mereka nyaman pakai parka walau dirinya kepanasan knp engga? Ambil hikmahnya nya mudah mudahan dengan adanya fenomenal casual/hooligan/ultras stadion sekarang jadi semakin ramai Support local team itu yg terbaik
BalasHapustragedi heysell itu di belgia bro, dan bukan kandang dari Juventus. Penulisan Fuck Off juga di koreksi lagi ya bro
BalasHapusMenjadi seorang Ultras bukanlah gaya hidup, melainkan Pilihan Hidup..
BalasHapusFORZA PERSIKAD
Haha bener anak smp/sma bogor banyak yg bergaya sok casual
BalasHapusULTRAS adalah Loyalitas ...
BalasHapusCASUAL versi Indo adalah sok gaya...
HOOLIGAN adalah bisa jadi tukang copet nyamar HAHAHAHAHA
ULTRAS WKWK BEGAL �� HAHAHAH
HapusBODO AMAT Yang penting tetap support tim kebanggan. Mau kultur casual kek ultras kek hooligan kek mania ke. BODOAMAT!
HapusSaya sih masa bodo mau gaya apa, intinya satu tujuan untuk tim kebanggaan, bangga lah sama kultur "mania" yang sejak dulu melekat dengan negeri ini. Mau Hooligan, mau Ultras, mau Barrabrava atau pun Torcida. Intinya satu tujuan buat kebanggaan.
BalasHapusRekkitu rekkieu nuoenting SATUJUAN
BalasHapus